CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 31 Desember 2011

Review 2011


Review ini dibuat sebagai pengingat diri untuk lebih bijak dalam bertindak, berhati-hati dalam melangkah dan yang terpenting jadi bahan muhasabah diri untuk menjadi bekal menjalani kehidupan di tahun berikutnya..heuheu...cekidot!!

1.       Tahunnya kemerosotan  “berkarya” 
Tahun ini banyak hal yang menurun. Entah itu prestasi dalam menelorkan karya amal shaleh maupun prestasi di luar itu. Semuanya stagnant, flat dan terasa hambar. Masih asyik berada di titik aman dan selalu merasa cukup dengan pencapaian yang sudah didapat dan boleh dikata “mandul” berkarya.

2.       Tahunnya jenuh
Tahun ini saya berada di titik kejenuhan yang sulit ditolerir dan dimaafkan.  Kejenuhan yang melanda pekerjaan, hubungan sosial dengan lingkungan sekitar, bahkan dengan pilihan hidup saya sendiri. Arrgggh....sungguh butuh dibina (sakan) heuheu.

3.       Tahunnya resign dari kerjaan
Sempat mengenyam “nyaman” nya menjadi tenaga pendidik di salah satu sekolah terkemuka di Bandung, kemudian karena satu dan lain hal memutuskan untuk hengkang. Alhasil, menganggur lah diriku enam bulan lamanya, meski kemudian menjalani pekerjaan yang sama di tempat yang berbeda.

4.       Tahunnya galau
Membuka dan menutup lembaran bulan di tahun 2011 dengan kegalauan yang sama namun dengan objek yang berbeda. Satu hal yang saya sesali, kenapa saya belum lulus di fase ini. Selalu terjadi pengulangan.





5.       Tahunnya persahabatan
Yup! Di tahun ini saya mendapatkan gift dari Allah berupa sahabat-sahabat yang begitu luar biasa memberikan inspirasi dan makna sahabat dari sudut pandang yang berbeda.

6.       Tahunnya pembelajaran
Dari semua hal yang pernah terjadi entah baik maupun buruk di tahun ini, saya banyak mengambil pelajaran penting tentang hidup. Tentang hubungan personal sesama manusia, tentang kemampuan mengelola diri, tentang keimanan yang naik turun, juga tentang penghargaan terhadap diri.



Baiklah, review ini InshaAllah jadi bahan introspeksi diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari. Aamiin 

Senin, 05 Desember 2011

Cerita Sore Antara Aku dan Dia


Kuamati dengan seksama satu demi satu, bagian demi bagian, sudut demi sudut. Kusisir setiap jengkalnya, tak boleh ada yang terlewat. Sekali, dua kali, tiga kali, hingga yang ke sekian kalinya aku masih belum menemukan hal yang janggal padanya. 

Kuingat-ingat hal apa saja yang telah kulakukan bersamanya seharian kemarin. Tetap tak kutemukan sesuatu yang aneh. Kulucuti setiap bagian tubuhnya, barangkali ada yang terluka. Masih tak ada. 

Masih dengan kebingungan yang sama, kudapati ia sekarat. “Ah…mana mungkin”, pikirku. Ia yang selama ini kukenal begitu sehat bahkan tampak sangat baik, kini sekarat. Tak pernah ku alpa memberikan asupan gizi setiap harinya. Tak pernah kulupa mengecek kesehatannya. Kini, seperti yang kukatakan tadi. Ia sekarat. 

Sungguh aneh, bagian tubuhnya tak ada yang terluka. Tampilan fisiknya nampak sehat dan berbobot. Tapi, ia hanya tergolek lemah tak berdaya seolah enggan mengerlipkan cahayanya padaku.

Naluri investigatifku terpacu. Tak ingin rasanya membiarkan dirinya tanpa pertolongan. Setidaknya, dengan ilmuku yang masih pas-pas-an ini aku bisa memberikan pertolongan semampuku. Di tengah kebingungan ini, baru kuingat sebah musabab ia terkulai lemas seperti ini. “AHA!!! Aku ingat!!!”, lonjakku girang. Sambaran petir di hujan kemarin mengretakkan lamunannya. Ia telah disambarnya hingga sekarat seperti ini. “Namun, masih beruntung”, gumamku dalam hati. Setidaknya ia masih sekarat dan belum divonis mati!!

*Bandung, 5-12-2011
Antara Aku dan Laptop-ku

Sabtu, 03 Desember 2011

Semua Tentang Kita


Aktivitas minggu pagi kali ini sedikit berbeda. Tak ada ibu yang menyertaiku berbelanja ke pasar.  Biasanya perjalanan berjalan kaki menuju pasar itu menjadi saat-saat paling asyik buat sekedar ngobrol hal-hal ringan hingga curhat-curhat serius mengenai aku dan kehidupanku. Hmm…boleh dikatakan momen seperti ini adalah waktu yang amat kurindukan di tiap pekannya. Bukan saja karena sabtu-minggu itu hari liburku setelah penat bekerja, tapi juga waktu yang sangat nyaman untuk berbicara dari hati ke hati. 


Seperti yang kukatakan sebelumnya, sabtu-minggu kali ini memang berbeda. Aku menyusuri jalan-jalan setapak menuju pasar ini, sendiri. Ya..hanya sendiri. Tak ada teman ngobrol, tak ada tangan yang bisa digandeng bahkan tak ada teguran kala aku begitu lambat berjalan.

Sering kusampaikan pada ibu, kalau kebersamaan seperti ini akan sangat kurindukan ketika suatu saat nanti aku tak bersamanya lagi. Ibu hanya tercenung, tak berkata-kata. Kulihat bulir-bulir airmatanya hendak turun. Kuperhatikan kerutan di wajah tuanya tak bisa menyembunyikan perasaan yang sama denganku. Aku memang hanya bisa mengungkapkan isi hatiku lewat kata-kata ”bersayap” yang biasanya akan “kuobral” ketika aku bersamanya. Di luar itu, jarang sekali aku ngobrol dengan ibu. 

Ibu pun pernah satu kali memintaku untuk tak usah memikirkan dirinya terlalu jauh. “Pikirkan kebahagiaanmu, nak”, ucapnya satu hari. Kubalas permintaannya hanya dengan senyuman getir. Sungguh, aku belum sanggup membahagiakanmu duhai wanita yang telah mempertaruhkan nyawanya demi melahirkanku. Mengorbankan waktu istirahatnya demi me-nina-bobo-kan aku yang tak bisa tidur (sewaktu kecil). Wanita yang tak pernah lupa menyelipkan doa-doa untukku di setiap sujudnya.

Hingga, tepat di hari ini ingin kukabarkan padanya berita bahagia. Namun, ibu tak di sampingku kini. Ia masih harus menjalani terapi kesehatannya. Inginku dengar tanggapannya tentang berita ini. Inginku meminta restunya. Inginku dengar harapan-harapannya kelak tentangku. Ah…sehari saja tak bersamanya membuatku rindu.